Kamis, 23 April 2009

[Edisi 3] Pemilu Demo-Crazy

Oleh: Siswoyo
“Seluruh bangsa harus berhemat. Jangan pemilu baik, tapi makan susah,” demikain disampaikan Jusuf Kalla saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Pencanangan Gerakan Nasional Pengawasan Pemilu di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2008).

Pemilu di Indonesia terlalu boros dalam pengeluaran anggarannya, coba bayangkan berapa juta banyaknya kertas suara yang terlalu besar ukurannya, belum persiapan di setiap TPS yang tak sedikit menggunakan biaya. Kenapa tak seperti AS dan Negara maju lainnya yang hemat dengan memanfaatkan teknologi dalam Pemilu?.
Apa yang disampaikan JK dalam Rakornas Bawaslu bukan omong kosong belaka. Pemilu 2009 memang meng-khawatirkan, hal ini bisa dilihat dalam persiapan pra Pemilu seperti data pemilih tetap selalu berubah yang bisa mengakibatkan adanya penggelembungan suara dalam Pemilu, karena memang system pendataan kependudukan Indonesia memang kacau balau, belum lagi ditambahnya keterlambatan pengiriman surat suara hingga salah alamt dalam pengeriminnya. Padahal semua sarana ini sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia, dan masih banyak Calon Legislatif yang tak sesuai aturan kriteria masuk dalam pencalonan pun lolos diikut sertakan dalam Pemilu kali ini
Sementara dalam hubungan masya-rakat dengan calon Legislatif lebih banyak bersifat transaksional, atau imbal jasa yang diberikan, semakin banyak modal yang dikeluarkan semakin banyak pula modal yang dikembalikan. Padahal masyarakat seharusnya ikut berpartisipasi meng-sukseskan Pemilu 2009, karena di-harapkan pemilu 2009 mampu meng-hasilkan Wakil-wakil rakyat yang didasari oleh kejujuran dan ketulusan hati dalam menjalankan amanat rakyat. Kesucian suara rakyat inilah yang mampu memberikan Pemimpin yang baik untuk bangsa Indonesia, karena suara rakyat adalah suara Tuhan.
Setiap pemerintahan mutlak mem-butuhkan dukungan rakyat, Pemilu yang berdemokrasi ini jangan sampai menjadi Pemilu Demo-Crazy. Demo terus menerus setelah terpilih Pemimpin yang tak sesuai dengan harapan rakyat, crazy (gila-red) dalam persiapan untuk Pemilu dan pemilihannya, gila juga terhadap uang iming-imingan dari caleg. Oleh karena itu tak mengherankan salah satu lembaga survei untuk suara Pemilu mengatakan bahwa golput menang telak dari suara pemilih setiap Pemilu diadakan.
Sebagai modal awal rakyat dalam memilih para Pemimpin untuk bangsa ini harus berdasarkan kejujuran, keadilan dan ketulusan hati rakyat, sehingga Indonesia tak salah memilih Pemimpin Bangsa. Karena walau hanya sekitar lima menit untuk memilih Wakil rakyat akan tetapi dampaknya akan berlangsung untuk lima tahun ke depan.[j]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar